-->
Pelaut yang Hebat Tidak Berlayar Di Laut yang Tenang

24 Desember 2010

Sang Juara

Suatu ketika. Ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah lomba mobil balap mainan. Suasana sungguh meriah siang itu, sebab, ini adalah babak final. Hanya tersisa 4 orang sekarang dan mereka memamerkan setiap mobil mainan yang dimiliki.
Semuanya buatan sendiri, sebab, memang begitulah peraturannya.

Ada seorang anak bernama mark. Mobilnya tak istimewa, namun ia termasuk dalam 4 anak yang masuk final. Dibanding semua lawannya, mobil mark lah yang paling tak sempurna. Beberapa anak menyangsikan kekuatan mobil itu untuk berpacu melawan mobil lainnya.
Yah, memang, mobil itu tak begitu menarik, dengan kayu yang sederhana dan sedikit lampu kedip diatasnya, tentu tak sebanding dengan hiasan mewah yang dimiliki mobil mainan lainnya. Namun, mark bangga dengan itu semua, sebab, mobil itu buatan tangannya sendiri.

Tibalah saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan. Setiap anak mulai bersiap di garis start, untuk mendorong mobil mereka kencang-kencang. Di setiap jalur lintasan, talah siap 4 mobil, dengan 4 “pembalap” kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan 4 jalur terpisah diantaranya.

Namun, sesaat kemudian, mark meminta waktu sebentar sebelum lomba dimulai. Ia tampak berkomat-kamit seperti sedang berdoa. Lalu, semenit kemudian, ia berkata, “ya, aku siap!”.

Dor. Tanda telah dimulai. Dengan satu hentakan kuat, mereka mulai mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua mobil itu pun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak-sorai, bersemangat, menjagokan mobilnya masing-masing. “ayo…ayo…cepat..cepat, maju..maju”, bigitu teriak meraka. Ahha…sang pemenang harus ditentukan, tali lintasan finish pun telah terlambai. Dan, mark lah pemenangnya. Ya, semuanya senamg, begitu juga mark. Ia berucap, dan berkomat-kamit lagi dalam hati. “terima kasih.”

Saat pembagian piala tiba. Mark maju ke depan dengan bangga. Sebelum piala itu diserahkan, ketua panitia bertanya. “Hai jagoan, kamu pasti tadi berdoa kapada tuhan agar kamu menang, bukan?”. Mark terdiam. “bukan, pak, bukan itu yang aku panjatkan” kata mark.

Ia lalu melanjutkan, “sepertinya, tak adil untuk meminta pada tuhan untuk menolongmu mengalahkan orang lain. “aku, hanya bermohon pada tuhan, supaya aku tak menangis, jika aku kalah.” Semua hadirin terdiam mendengar itu. Setelah beberapa saat, terdengarlah gemuruh tepuk tangan yang memenuhi ruangan.

Renungan

Anak-anak tampaknya lebih punya kebijaksanaan dibanding kita semua. Mark, tidaklah bermohon pada tuhan untuk menang dalam setiap ujian. Mark, tak memohon tuhan untuk meluluskan dan mengatur setiap hasil yang ingin diraihnya. Anak itu juga tak meminta tuhan mengabulkan semua harapannya. Ia tak berdoa untuk menang, dan menyakiti yang lainnya. Namun, mark, bermohon pada tuhan, agar diberkan kekuatan saat menghadapi itu semua. Dia berdoa, agar diberikan kemuliaan, dan mau menydari kekurangan dengan rasa bangga.

Mungkin, telah banyak waktu yang kita lakukan untuk berdoa pada tuhan untuk mengabulkan setiap permintaan kita. Terlalu sering juga kita meminta tuhan untuk menjadikan kita nomor satu, menjadi yang terbaik, menjadi pemenang dalam setiap ujian. Terlalu sering kita berdoa pada tuhan, untuk menghalau setiap halangan dan cobaan yang ada di depan mata. Padahal, bukankah yang kita butuhkan adalah bimbingan-Nya, tuntunan-Nya, dan panduan-Nya?

Kita sering terlalu lemah untuk percaya bahwa kita kuat. Kita sering lupa, dan kita sering merasa cenderung dengan kehidupan ini. Tak adakah semangat perjuanganyang mau kita lalui? Saya yakin, tuhan memberikan kita ujian yang berat, bukan untuk membuat kita lemah, cengeng dan mudah menyerah. Sesungguhnya, tuhan sedang menguji setiap hamba-Nya yang shaleh. (adapted from irfan-seeds

from
motivasi.exe




0 komentar:

Posting Komentar

Enter your email address: